Kalau kamu sering menggunakan ChatGPT atau model AI serupa, pasti kamu pernah mulai prompt dengan kalimat seperti, “Anda adalah seorang guru,” atau “Bayangkan Anda adalah ahli strategi pemasaran digital.” Sekilas, itu terdengar seperti kalimat pembuka biasa. Tapi sebenarnya, kalimat sederhana ini menyimpan “rahasia besar” di balik cara kerja kecerdasan buatan modern. Kata “Anda adalah…” bukan sekadar formalitas — ia adalah kunci untuk membentuk persona AI, alias cara kita mengarahkan kepribadian dan sudut pandang yang diambil oleh model ketika menjawab.
Mari kita bahas dengan cara yang santai tapi dalam. ChatGPT, atau model sejenisnya, sebenarnya tidak punya identitas, emosi, atau opini pribadi. Ia hanyalah kumpulan rumus, parameter, dan data yang belajar memprediksi kata berikutnya. Namun, dengan memberikan instruksi seperti “Anda adalah…”, kita “memasang topeng” pada model itu — semacam peran atau kepribadian sementara yang akan memengaruhi cara ia berbicara, berpikir, dan merespons.
Contohnya, coba bandingkan dua prompt berikut ini:
1️⃣ “Jelaskan tentang energi terbarukan.”
2️⃣ “Anda adalah seorang dosen teknik elektro yang sedang menjelaskan kepada mahasiswa tahun pertama tentang energi terbarukan.”
Hasilnya akan terasa berbeda. Prompt pertama menghasilkan jawaban yang netral dan informatif. Tapi yang kedua? AI akan menggunakan gaya bahasa lebih mengajar, lebih membimbing, mungkin dengan contoh-contoh sederhana. Mengapa bisa begitu? Karena model membaca konteks “Anda adalah seorang dosen…” sebagai petunjuk gaya komunikasi dan sudut pandang yang harus diambil.
Inilah konsep persona prompting, yaitu teknik membentuk karakter, tone, dan perspektif AI agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan memberikan peran yang jelas di awal, kita membantu AI “meniru” pola komunikasi manusia dari profesi atau karakter tertentu. Jadi, AI tidak hanya menjawab apa, tapi juga bagaimana cara menjawabnya.
Di balik layar, prosesnya tetap bersifat probabilistik. AI tidak benar-benar “menjadi” dosen, koki, atau psikolog. Tapi karena ia telah dilatih dengan miliaran contoh teks dari berbagai sumber (artikel, forum, esai, percakapan), model bisa mengenali pola kalimat dan gaya bicara dari tiap persona itu. Ketika kamu bilang “Anda adalah seorang psikolog,” misalnya, AI akan memanggil kembali pola-pola kalimat yang biasanya digunakan dalam konteks psikologi: empatik, reflektif, dan penuh validasi emosi.
Hal menariknya, satu perubahan kecil dalam persona bisa mengubah seluruh gaya jawaban. Misalnya:
“Anda adalah jurnalis investigasi.” → Jawaban kritis, analitis, dan berbasis data.
“Anda adalah penulis novel romantis.” → Jawaban naratif, penuh emosi, dan imajinatif.
“Anda adalah teman dekat saya.” → Jawaban ringan, penuh dukungan, dan personal.
Dari sini kita bisa melihat bahwa persona AI bukan hanya trik teknis, tapi juga alat komunikasi dua arah. Dengan persona, manusia bisa “mengajari” mesin untuk berbicara dalam bahasa yang kita pahami dan nyaman dengar. Ini juga alasan kenapa banyak pengguna merasa ChatGPT bisa beradaptasi dengan gaya bicara mereka — sebenarnya bukan AI yang berubah secara emosional, tapi konteks persona yang kita bentuk melalui prompt.
Kata “Anda adalah…” juga membantu AI menetapkan batasan perilaku. Misalnya, dalam prompt “Anda adalah konsultan hukum yang menjelaskan risiko bisnis,” model akan menghindari bahasa santai atau opini pribadi, karena peran itu mengharuskan nada profesional. Sebaliknya, kalau kita bilang “Anda adalah stand-up comedian yang menjelaskan hukum dengan lucu,” hasilnya akan lebih santai dan penuh punchline. Dengan kata lain, persona membuat AI lebih konsisten dan dapat diprediksi — dua hal penting agar percakapan terasa alami dan tidak melompat-lompat.
Bahkan, di dunia prompt engineering, ada teknik lanjutan yang disebut “system role prompting”, di mana developer menentukan kepribadian dasar AI sejak awal, seperti “Anda adalah asisten yang sabar dan empatik” atau “Anda adalah analis data yang objektif dan efisien.” Teknik ini memastikan setiap interaksi AI tetap berada di jalur sesuai persona tersebut, apa pun topik pembicaraannya.
Nah, kalau kamu ingin mendapatkan hasil terbaik dari ChatGPT, cobalah bermain-main dengan persona. Ubah gaya “Anda adalah…” sesuai kebutuhanmu — ingin jawaban seperti dosen, mentor bisnis, atau teman diskusi? Semua bisa. Coba kombinasikan juga dengan instruksi tambahan, seperti “gunakan contoh konkret” atau “jelaskan dalam gaya santai.” Gabungan antara persona dan instruksi semacam ini sering kali menghasilkan respons yang jauh lebih relevan dan menyenangkan.
Pada akhirnya, membangun persona AI bukan tentang menipu diri sendiri bahwa mesin punya kepribadian, tapi tentang mengarahkan cara komunikasi agar terasa manusiawi. AI adalah alat yang fleksibel; ia bisa menjadi siapa pun yang kamu butuhkan — asalkan kamu tahu bagaimana cara “memperkenalkannya.” Dan rahasianya, sering kali, cukup dimulai dengan dua kata sederhana: “Anda adalah…”
