Selama puluhan tahun saya berinteraksi dengan penulis, baik yang sudah punya nama maupun yang baru merintis, satu hal yang paling sering saya dengar sebagai alasan mengapa mereka tidak bisa menulis adalah: “Saya tidak punya waktu.” Jujur saja, itu adalah alasan yang klise. Bukan berarti tidak valid, tapi seringkali kita sendiri yang tidak menciptakan waktu itu. Kunci untuk menjadi penulis yang produktif, yang akhirnya bisa menyelesaikan novel atau cerpen, adalah menetapkan waktu menulis Anda secara konsisten. Ini bukan soal menunggu inspirasi datang, tapi soal menciptakan kebiasaan.
Bayangkan menulis itu seperti olahraga. Kamu tidak bisa berharap punya otot kuat kalau hanya olahraga sesekali saat mood sedang bagus, kan? Kamu perlu jadwal, perlu disiplin. Sama halnya dengan menulis. Otot menulis kita perlu dilatih setiap hari, atau setidaknya secara teratur.
Dulu, saat saya masih merintis, di tengah kesibukan bekerja dan mengurus keluarga, saya menyadari bahwa kalau saya menunggu waktu luang “yang sempurna,” naskah saya tidak akan pernah beres. Waktu luang itu seperti hantu, dia tidak akan datang kalau kamu tidak mencarinya. Akhirnya, saya memutuskan untuk “menculik” waktu itu. Saya punya jam kerja kantor yang padat, tapi saya berhasil menemukan satu atau dua jam di pagi hari sebelum semua orang bangun, atau larut malam setelah semua orang tidur. Itu adalah waktu “suci” saya untuk menulis. Meskipun mata mengantuk, saya tahu ini adalah investasi untuk masa depan tulisan saya.
Kenapa sih penting banget menetapkan waktu menulis?
Pertama, ini membangun konsistensi. Otak kita itu makhluk kebiasaan. Kalau kamu membiasakan diri menulis setiap hari pada jam yang sama, lama-lama otakmu akan terprogram untuk itu. Kamu akan merasa “ada yang kurang” kalau tidak menulis di jam tersebut. Ini jauh lebih efektif daripada menunggu mood bagus yang datangnya tidak menentu. Ingat, inspirasi itu datang saat kita bekerja, bukan saat kita menunggunya sambil melamun.
Kedua, ini menciptakan momentum. Setiap kali kamu duduk untuk menulis, ada waktu yang kamu butuhkan untuk “masuk” ke dalam cerita. Kalau kamu menulisnya secara sporadis, setiap kali kamu memulai, kamu harus melalui proses adaptasi ini lagi dari awal. Dengan waktu yang konsisten, kamu bisa mempertahankan momentum. Ide-ide yang kemarin belum selesai, bisa langsung kamu lanjutkan hari ini tanpa banyak hambatan. Aliran ide jadi lebih lancar.
Ketiga, ini membantu mengelola ekspektasi. Baik ekspektasi diri sendiri maupun orang lain di sekitarmu. Kalau kamu sudah punya jadwal menulis, kamu bisa bilang pada diri sendiri dan keluargamu, “Oke, jam 8 sampai jam 9 pagi adalah waktu menulis saya. Tolong jangan ganggu.” Ini akan membantu orang lain menghargai waktu menulismu, dan kamu sendiri jadi lebih berkomitmen.
Bagaimana cara menetapkan waktu menulis yang efektif?
- Temukan waktu “emas” Anda. Setiap orang punya ritme biologis yang berbeda. Ada yang “morning person” dan paling produktif di pagi hari, ada juga yang “night owl” dan baru bisa fokus di malam hari. Jujur pada dirimu sendiri, kapan kamu merasa paling energik dan paling bisa berkonsentrasi? Bisa itu pukul 5 pagi, saat kantor masih sepi, jam istirahat makan siang, atau setelah anak-anak tidur. Tidak perlu banyak, cukup 30 menit sampai 1 jam saja di awal. Yang penting konsisten.
- Jadikan prioritas, bukan pilihan. Perlakukan waktu menulismu seperti janji penting yang tidak bisa dibatalkan. Sama seperti kamu tidak akan membatalkan janji dengan dokter atau rapat penting, jangan batalkan janji dengan dirimu sendiri untuk menulis. Matikan notifikasi ponsel, jauhi media sosial, dan fokus sepenuhnya pada tulisanmu.
- Siapkan lingkungan yang mendukung. Pastikan tempat menulismu nyaman, bebas gangguan, dan membuatmu merasa betah. Mungkin itu di meja kerjamu, di kedai kopi favorit, atau bahkan di sudut kamar yang tenang. Lingkungan yang kondusif akan membantu kamu fokus dan memaksimalkan waktu yang sudah kamu alokasikan.
- Fleksibel, tapi tetap disiplin. Akan ada hari-hari di mana jadwalmu kacau balau dan kamu tidak bisa menulis di waktu yang biasa. Tidak apa-apa. Jangan langsung menyerah. Coba cari slot waktu lain yang memungkinkan, meskipun itu hanya 15 menit. Yang penting, jangan sampai satu hari bolong membuatmu bolong seterusnya. Bangun kembali kebiasaan itu secepat mungkin.
- Catat progres Anda. Menulis itu butuh motivasi jangka panjang. Dengan mencatat berapa kata yang kamu tulis setiap hari, atau bab apa yang sudah kamu selesaikan, kamu bisa melihat progresmu secara visual. Ini akan menjadi bahan bakar motivasimu saat semangat sedang turun.
Mungkin di awal akan terasa sulit dan kamu sering tergoda untuk melewatkannya. Tapi percayalah, seperti semua kebiasaan baik, ini butuh waktu untuk terbentuk. Bersabarlah pada dirimu sendiri, disiplin, dan nikmati prosesnya. Ingat, penulis yang hebat bukan mereka yang punya waktu luang berlimpah, tapi mereka yang berhasil menciptakan waktu untuk menulis. Sekarang, coba pikirkan, kapan waktu menulis “emas” Anda?