Banyak mahasiswa sering bingung ketika menyusun laporan penelitian atau skripsi: bagian hasil penelitian harus diisi apa, dan bagian diskusi harus bagaimana? Akhirnya, tidak sedikit yang mencampuradukkan keduanya. Ada yang mengulang data mentah di diskusi, ada juga yang malah memberikan opini di bagian hasil. Padahal, hasil penelitian dan diskusi punya fungsi berbeda, meski keduanya saling melengkapi. Kalau kita bisa memahami perbedaannya, tulisan akan lebih rapi, mudah dibaca, dan tentunya terlihat lebih profesional.
Pertama, mari bahas dulu apa itu hasil penelitian. Bagian ini bisa dibilang sebagai “etalase data” yang sudah kita kumpulkan dari penelitian. Misalnya, kamu melakukan survei tentang kebiasaan belajar mahasiswa. Hasil penelitian adalah penyajian data dari survei itu, seperti berapa persen mahasiswa lebih suka belajar malam hari, berapa persen yang lebih efektif belajar di pagi hari, atau grafik perbandingan antara mahasiswa yang suka belajar sendirian dan yang suka belajar kelompok. Intinya, hasil penelitian itu bersifat deskriptif. Tidak ada opini, tidak ada interpretasi. Hanya data murni yang disajikan apa adanya, baik dalam bentuk tabel, grafik, maupun narasi singkat.
Sementara itu, diskusi adalah tempat di mana kamu “ngobrol” dengan data yang sudah ditampilkan tadi. Di bagian ini, kamu bisa menginterpretasikan hasil, membandingkan dengan teori, atau menghubungkannya dengan penelitian sebelumnya. Misalnya, dari survei tadi ditemukan bahwa 70% mahasiswa lebih suka belajar malam hari. Di diskusi, kamu bisa menjelaskan kenapa fenomena ini terjadi. Bisa jadi karena malam hari lebih tenang, atau karena jadwal kuliah yang padat membuat mahasiswa baru sempat belajar di malam hari. Kamu juga bisa membandingkannya dengan penelitian lain, misalnya penelitian A yang menemukan hal serupa, atau penelitian B yang justru menemukan kecenderungan berbeda.
Dengan kata lain, hasil penelitian adalah jawaban faktual dari pertanyaan penelitian, sedangkan diskusi adalah analisis atas jawaban tersebut. Kalau hasil penelitian ibarat foto dari lapangan, maka diskusi adalah cerita di balik foto itu. Jadi jangan sampai kebalik: hasil penelitian tidak boleh diisi opini, sedangkan diskusi justru harus kaya dengan penjelasan, interpretasi, dan argumentasi.
Kesalahan umum yang sering terjadi adalah menuliskan hal yang sama di kedua bagian. Misalnya, di hasil penelitian kamu sudah menuliskan, “Sebanyak 70% mahasiswa lebih suka belajar malam hari.” Lalu di diskusi hanya ditulis ulang kalimat yang sama tanpa tambahan analisis. Akhirnya, diskusi terasa kering dan tidak memberikan nilai tambah. Padahal, pembaca menunggu insight baru dari penulis di bagian diskusi.
Ada juga mahasiswa yang justru memasukkan opini di bagian hasil. Misalnya, “Sebanyak 70% mahasiswa lebih suka belajar malam hari karena suasananya lebih tenang.” Nah, kalimat “karena suasananya lebih tenang” itu bukan data mentah, melainkan interpretasi. Jadi seharusnya masuk ke diskusi, bukan hasil. Memisahkan dua hal ini memang butuh latihan, tapi kalau terbiasa, pola pikir kita akan otomatis terbagi: data murni di hasil, analisis di diskusi.
Hal lain yang membedakan adalah gaya penulisannya. Bagian hasil penelitian biasanya lebih singkat, jelas, dan langsung pada intinya. Sementara diskusi bisa lebih panjang, karena di sinilah penulis menunjukkan kemampuan berpikir kritis, menghubungkan data dengan teori, dan menarik makna yang lebih luas. Bisa dibilang, diskusi adalah “panggung utama” untuk menunjukkan kontribusi penelitian kita.
Jadi, kalau disimpulkan, perbedaan utamanya sederhana: hasil penelitian = apa yang kamu temukan, diskusi = apa makna dari temuan itu. Hasil penelitian memberi data, diskusi memberi penjelasan. Kalau dua bagian ini dikerjakan dengan benar, tulisan ilmiahmu akan lebih mudah dipahami, lebih bernilai, dan tentu saja lebih meyakinkan.