Friday, November 14, 2025
Google search engine
HomeChatGPTMenulis Prompt yang Memahami Anda: Teknik Clarifying Question

Menulis Prompt yang Memahami Anda: Teknik Clarifying Question

Pernah nggak kamu merasa hasil jawaban dari ChatGPT atau AI lain “nggak nyambung” sama yang kamu maksud? Kamu udah nulis prompt panjang, pakai kata-kata yang jelas menurut kamu, tapi jawabannya tetap melenceng. Rasanya seperti ngobrol sama orang yang cepat menanggapi tapi nggak benar-benar mendengarkan. Nah, di dunia prompt engineering, situasi itu sering terjadi karena satu hal sederhana: AI tidak benar-benar memahami maksudmu — ia hanya menebak berdasarkan teks yang kamu berikan. Dan di sinilah pentingnya teknik yang disebut clarifying question, alias pertanyaan klarifikasi.

Clarifying question pada dasarnya adalah cara untuk membantu AI memahami konteks dan tujuan kamu sebelum memberikan jawaban. Kalau biasanya kita cuma menulis perintah seperti, “Tolong buat artikel tentang pemasaran digital,” teknik ini menambahkan satu lapisan komunikasi: kamu meminta AI untuk bertanya balik sebelum menjawab, agar hasil akhirnya lebih akurat dan sesuai dengan harapanmu. Jadi, bukan hanya kamu yang bertanya — AI juga diberi ruang untuk memastikan bahwa ia benar-benar “mengerti” pertanyaanmu.

Contohnya begini. Misalkan kamu mengetik:

“Buatkan artikel tentang strategi pemasaran digital.”

Tanpa konteks tambahan, AI bisa menulis banyak hal — dari teori umum sampai contoh kampanye besar. Tapi kalau kamu menulisnya seperti ini:

“Buatkan artikel tentang strategi pemasaran digital. Jika ada hal yang belum jelas, silakan tanyakan dulu sebelum menulis.”

Maka AI akan membalas dengan pertanyaan klarifikasi, seperti:

“Apakah Anda ingin fokus pada strategi untuk bisnis kecil atau perusahaan besar?”
“Apakah artikel ini ditujukan untuk pembaca awam atau profesional pemasaran?”

Nah, dari situ kamu bisa menjawab dulu, dan hasil akhirnya jadi jauh lebih tepat.

Teknik ini sangat efektif karena AI bekerja berdasarkan prediksi, bukan pemahaman sesungguhnya. Jadi semakin banyak konteks yang kamu berikan, semakin kecil kemungkinan hasilnya melenceng. Clarifying question membantu menciptakan percakapan dua arah — bukan sekadar hubungan satu arah di mana kamu memberi perintah dan AI langsung menjawab.

Baca juga!  Menggunakan ChatGPT untuk Menyusun Rencana Konten Harian

Kalau dipikir-pikir, ini sebenarnya mirip dengan cara kerja manusia. Coba bayangkan kamu memesan kopi di kafe:

“Mas, saya mau kopi susu.”

Barista yang baik pasti akan bertanya dulu, “Pakai gula aren atau biasa, Kak?” atau “Mau panas atau dingin?”

Kalau barista langsung bikin tanpa bertanya, bisa jadi kamu kecewa karena dapat kopi dingin padahal maunya panas. Nah, AI juga butuh momen “bertanya dulu” supaya tahu rasa apa yang kamu mau.

Dalam praktiknya, kamu bisa menggunakan clarifying question dalam dua bentuk. Pertama, secara eksplisit, yaitu dengan menulis langsung di prompt, seperti:

“Sebelum menjawab, tanyakan dulu tiga hal yang perlu Anda ketahui agar bisa memberi hasil terbaik.”

Atau kedua, secara implisit, yaitu dengan memberikan konteks tambahan yang mengundang respons konfirmasi. Misalnya:

“Saya ingin membuat artikel pemasaran digital untuk UMKM. Kira-kira, hal apa yang perlu saya tentukan dulu agar tulisannya tepat sasaran?”

AI akan merespons dengan pertanyaan-pertanyaan relevan, yang bisa kamu jawab satu per satu. Hasil akhirnya bukan cuma lebih akurat, tapi juga terasa lebih personal, karena prosesnya seperti diskusi, bukan sekadar instruksi.

Keuntungan lain dari teknik clarifying question adalah membantu kamu menyadari hal-hal yang mungkin kamu lupakan sendiri. Kadang kita merasa sudah tahu apa yang kita mau, padahal belum mendefinisikannya dengan jelas. Misalnya, kamu minta AI menulis rencana bisnis, lalu AI bertanya:

“Apakah produk Anda sudah memiliki target pasar spesifik?”

Pertanyaan ini bisa memicu kamu berpikir, “Oh iya, saya belum menentukan segmennya.” Akhirnya, kamu jadi lebih sadar dan bisa memperbaiki arah sebelum hasil akhirnya dibuat.

Selain meningkatkan akurasi, teknik ini juga mempercepat proses revisi. Karena AI sudah tahu apa yang kamu inginkan sejak awal, kamu nggak perlu berkali-kali memperbaiki hasil. Jadi, clarifying question bukan cuma membuat hasil lebih bagus, tapi juga menghemat waktu dan energi.

Baca juga!  Mengendalikan Nada dan Gaya Bahasa AI Tanpa Merusak Akurasi

Bagi pengguna tingkat lanjut, teknik ini bisa digabung dengan persona prompting. Misalnya, kamu bisa menulis:

“Anda adalah konsultan pemasaran profesional. Sebelum menjawab, ajukan tiga pertanyaan klarifikasi untuk memahami kebutuhan saya.”
Dengan begitu, pertanyaan yang muncul akan lebih tajam dan relevan dengan bidang tertentu.

Pada akhirnya, clarifying question mengajarkan kita bahwa komunikasi dengan AI sama seperti komunikasi dengan manusia — semakin jelas arah dan tujuannya, semakin baik hasilnya. Jangan berharap AI langsung “paham” dari satu kalimat. Beri kesempatan untuk berdialog, bertanya, dan menyesuaikan.

Karena di dunia kecerdasan buatan, prompt terbaik bukan yang paling panjang atau paling rumit, tapi yang paling manusiawi. Dan sering kali, yang paling manusiawi adalah ketika kita saling memastikan pemahaman terlebih dahulu — bahkan dengan mesin.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Iklan -
Google search engine

Most Popular

Komentar