Bagi banyak mahasiswa maupun peneliti pemula, bagian metodologi sering jadi bab yang bikin pusing. Ada yang terlalu singkat sampai tidak jelas apa yang sebenarnya dilakukan, ada juga yang terlalu detail hingga malah bikin pembaca bingung. Padahal, metodologi adalah bagian penting dalam tulisan ilmiah karena di sinilah kita menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan. Kalau hasil penelitian adalah jawaban, maka metodologi adalah cara kita menemukan jawaban itu.
Salah satu kesalahan umum saat menulis metodologi adalah menganggap pembaca sudah tahu semua. Akhirnya, penjelasan metodologi hanya ditulis sebaris dua baris, misalnya “Penelitian ini menggunakan metode survei.” Nah, kalimat seperti ini jelas terlalu minim. Pembaca butuh tahu lebih detail: survei apa, siapa respondennya, bagaimana cara memilihnya, instrumen apa yang dipakai, dan bagaimana data dianalisis. Ingat, metodologi bukan hanya formalitas, tapi semacam “resep” penelitian.
Namun, jangan juga terjebak menjelaskan terlalu panjang dengan bahasa berbelit-belit. Misalnya, ada mahasiswa yang menulis kalimat super panjang dengan istilah teknis bertumpuk, sampai-sampai pembaca kehilangan arah. Metodologi yang baik justru harus sederhana, jelas, dan sistematis. Prinsipnya, bayangkan kamu sedang menjelaskan langkah-langkah penelitian ke teman yang ingin menirunya. Kalau temanmu bisa paham dan menirukan penelitianmu hanya dengan membaca bagian metodologi, berarti kamu sudah menulis dengan baik.
Cara termudah menulis metodologi tanpa membingungkan adalah dengan membaginya ke beberapa subbagian. Biasanya dimulai dengan jenis penelitian. Apakah penelitianmu kualitatif, kuantitatif, atau campuran? Setelah itu, jelaskan populasi dan sampel. Misalnya, kalau meneliti mahasiswa, sebutkan berapa jumlah responden dan bagaimana cara memilihnya. Jangan lupa, metode pengambilan sampel juga penting untuk dijelaskan.
Selanjutnya, uraikan instrumen penelitian. Kalau pakai kuesioner, jelaskan bagaimana kuesioner itu disusun, berapa butir pertanyaan, dan apa saja aspek yang diukur. Kalau pakai wawancara, jelaskan bentuk pertanyaannya dan siapa narasumbernya. Bagian ini sering dianggap remeh, padahal sangat krusial untuk menunjukkan validitas penelitianmu.
Setelah itu, jangan lupa sertakan teknik analisis data. Inilah bagian yang sering membingungkan karena banyak mahasiswa menulisnya terlalu teknis tanpa penjelasan. Cobalah menulis dengan gaya sederhana. Misalnya: “Data yang terkumpul dianalisis menggunakan regresi linear untuk melihat hubungan antara variabel A dan B.” Kalimat seperti ini sudah cukup informatif tanpa perlu berpanjang-panjang dengan istilah rumit. Kalau memang butuh rumus atau software tertentu, tuliskan seperlunya, tapi jangan sampai metodologi berubah jadi kuliah statistik.
Hal lain yang penting dalam menulis metodologi adalah konsistensi. Kalau di awal kamu bilang penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, maka semua langkah selanjutnya harus sesuai dengan pendekatan itu. Jangan sampai di tengah jalan tiba-tiba bergeser jadi kuantitatif tanpa penjelasan. Konsistensi menunjukkan kalau kamu memahami betul apa yang kamu lakukan.
Selain itu, usahakan untuk selalu menulis dalam urutan kronologis. Bayangkan lagi “resep penelitian.” Mulai dari menentukan jenis penelitian, memilih sampel, mengumpulkan data, lalu menganalisis data. Kalau urutannya acak, pembaca akan sulit mengikuti alurnya.
Menulis metodologi yang jelas dan sederhana bukan berarti asal singkat. Justru, keterampilan ini menunjukkan kemampuanmu untuk berpikir jernih dan sistematis. Semakin rapi metodologi ditulis, semakin tinggi kepercayaan pembaca pada hasil penelitianmu. Ingat, penelitian yang bagus bukan hanya tentang hasilnya, tapi juga tentang bagaimana prosesnya dilakukan.
Jadi, kuncinya ada pada keseimbangan: jangan terlalu singkat, tapi juga jangan bertele-tele. Jelaskan secukupnya dengan bahasa yang lugas. Tulis metodologi seperti kamu ingin memberi panduan yang bisa dipahami siapa saja, bahkan mereka yang tidak ikut meneliti bersamamu. Dengan begitu, bagian metodologi akan terasa padat, jelas, dan tentu saja tidak membingungkan.