More

    Menentukan Sasaran Pembaca dalam Buku Ajar

    Salah satu hal penting yang sering dilupakan penulis buku ajar adalah siapa yang akan membaca buku itu. Banyak dosen atau penulis merasa cukup dengan mengumpulkan materi kuliah, lalu disusun jadi buku ajar. Padahal, tanpa memikirkan sasaran pembaca, buku ajar bisa jadi terlalu sulit, terlalu mudah, atau bahkan tidak nyambung dengan kebutuhan mahasiswa. Menentukan sasaran pembaca itu ibarat menentukan siapa yang akan kita ajak ngobrol. Kalau kita salah menyesuaikan bahasa dan cara menjelaskan, lawan bicara bisa bingung atau bosan.

    Mari kita bahas kenapa menentukan sasaran pembaca itu penting. Buku ajar dibuat untuk membantu mahasiswa memahami materi, bukan sekadar menunjukkan kepintaran penulisnya. Misalnya, kamu menulis buku ajar tentang ekonomi. Kalau pembacanya mahasiswa semester awal, tentu penjelasannya harus sederhana, penuh contoh sehari-hari, dan tidak langsung terjun ke teori-teori yang rumit. Sebaliknya, kalau buku itu ditujukan untuk mahasiswa tingkat akhir, maka wajar kalau isinya lebih padat teori, lengkap dengan analisis dan data terbaru. Jadi, sasaran pembaca membantu kita mengatur kedalaman materi.

    Selain kedalaman materi, sasaran pembaca juga menentukan gaya bahasa. Mahasiswa S1 biasanya lebih cocok dengan bahasa yang ringan tapi tetap akademis. Sementara itu, mahasiswa S2 atau S3 mungkin sudah terbiasa dengan istilah teknis dan pembahasan teoritis yang lebih kompleks. Kalau kita menulis dengan gaya yang salah sasaran, mahasiswa bisa kehilangan motivasi untuk membaca. Bayangkan saja, mahasiswa baru yang masih adaptasi sudah disuguhi buku penuh jargon rumit—pasti mereka langsung menyerah sebelum bab pertama selesai.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah latar belakang pembaca. Mahasiswa dari jurusan berbeda bisa punya kebutuhan yang berbeda pula. Misalnya, buku ajar tentang statistika untuk jurusan matematika tentu berbeda dengan statistika untuk jurusan psikologi. Mahasiswa matematika butuh rumus dan pembuktian, sedangkan mahasiswa psikologi lebih butuh aplikasi dan contoh kasus. Dengan memahami sasaran pembaca, penulis bisa menyesuaikan konten agar lebih relevan.

    Baca juga!  Prinsip Dasar Menulis Buku Ajar yang Baik

    Sasaran pembaca juga berpengaruh pada cara kita menyajikan contoh. Kalau bukunya ditujukan untuk mahasiswa ilmu komunikasi, gunakan contoh dari media massa, iklan, atau media sosial. Kalau untuk mahasiswa pertanian, gunakan contoh dari kehidupan petani, hasil panen, atau teknologi agrikultur. Contoh yang relevan akan membuat materi terasa lebih dekat dan mudah dipahami.

    Menentukan sasaran pembaca juga membantu dalam menyusun struktur buku. Untuk mahasiswa pemula, struktur bab biasanya dibuat lebih sederhana dengan rangkuman di akhir setiap bab. Tapi untuk mahasiswa tingkat lanjut, struktur bisa lebih kompleks, misalnya dengan tambahan studi kasus, pertanyaan reflektif, atau tugas analisis. Dengan kata lain, semakin jelas siapa pembacanya, semakin mudah bagi penulis untuk merancang alur buku.

    Bahkan, sasaran pembaca bisa menentukan desain buku. Buku untuk mahasiswa S1 bisa dibuat lebih ramah visual, dengan diagram, ilustrasi, atau kotak info menarik. Sementara untuk mahasiswa pascasarjana, desain bisa lebih formal dengan teks lebih dominan. Jadi, bukan hanya isi, tapi juga tampilan buku bisa menyesuaikan dengan kebutuhan pembaca.

    Intinya, menentukan sasaran pembaca dalam buku ajar bukan langkah kecil, tapi pondasi penting. Dengan memahami siapa yang akan membaca, penulis bisa menyesuaikan kedalaman materi, gaya bahasa, contoh, struktur, dan bahkan desain buku. Buku ajar yang baik bukan hanya lengkap isinya, tapi juga tepat sasaran. Kalau sudah tepat sasaran, buku itu bisa benar-benar jadi sahabat belajar mahasiswa, bukan sekadar tumpukan kertas yang berdebu di rak.

    Artikel Terkini

    spot_img

    Artikel Terkait

    Leave a reply

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    spot_img