More

    Cara Membuat Pertanyaan Penelitian yang Tepat

    Salah satu tantangan terbesar saat memulai penelitian adalah merumuskan pertanyaan penelitian. Banyak mahasiswa atau peneliti pemula merasa bingung: mau nulis tentang apa, harus dimulai dari mana, atau bagaimana caranya supaya pertanyaannya nggak terlalu luas tapi juga nggak terlalu sempit. Padahal, pertanyaan penelitian ini ibarat fondasi. Kalau fondasinya kuat dan jelas, penelitian bisa berjalan lancar. Tapi kalau asal bikin, bisa-bisa penelitian jadi melebar ke mana-mana, bahkan nyasar.

    Pertama-tama, pertanyaan penelitian yang baik biasanya lahir dari rasa penasaran. Coba bayangkan, kamu lagi kepikiran tentang sesuatu yang mengganggu pikiran. Misalnya, “Kenapa mahasiswa lebih suka belajar dari YouTube daripada baca buku teks?” Rasa penasaran itu bisa diubah jadi pertanyaan penelitian. Jadi langkah awal adalah memperhatikan fenomena di sekitar, lalu bertanya “mengapa” atau “bagaimana” tentang hal tersebut. Pertanyaan yang muncul dari rasa ingin tahu biasanya lebih tulus dan lebih menyenangkan untuk dijawab.

    Setelah itu, penting juga untuk memastikan pertanyaan penelitianmu fokus. Banyak orang terjebak bikin pertanyaan yang terlalu luas. Misalnya, “Bagaimana teknologi memengaruhi kehidupan manusia?” Wah, ini terlalu besar, bisa jadi tesis berjilid-jilid dan nggak akan selesai. Lebih baik dipersempit, misalnya “Bagaimana penggunaan media sosial memengaruhi produktivitas belajar mahasiswa?” Dengan begitu, arah penelitian jadi jelas dan terukur.

    Lalu, perhatikan juga apakah pertanyaanmu bisa dijawab dengan metode penelitian yang tersedia. Jangan sampai kamu bikin pertanyaan yang bagus tapi mustahil dijawab. Misalnya, “Apa yang dipikirkan semua mahasiswa di dunia tentang kecerdasan buatan?” Jelas pertanyaan itu terlalu besar dan tidak realistis. Lebih baik kalau pertanyaannya spesifik dan bisa diteliti dengan data yang bisa kamu jangkau, seperti “Apa persepsi mahasiswa jurusan teknik informatika di universitas X tentang penggunaan AI dalam pembelajaran?”

    Baca juga!  Mengapa AI Penting dalam Pembuatan Buku Ajar

    Pertanyaan penelitian juga harus punya nilai ilmiah. Artinya, pertanyaan itu bukan sekadar iseng atau mengulang-ulang hal yang sudah jelas jawabannya. Pertanyaan yang bagus adalah yang bisa memberikan kontribusi, entah berupa pengetahuan baru, solusi untuk masalah, atau perspektif yang berbeda. Misalnya, kalau sudah banyak penelitian tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja, kamu bisa mengambil sudut pandang berbeda, seperti “Bagaimana penggunaan media sosial bisa membantu mahasiswa menemukan dukungan emosional?”

    Selain itu, jangan lupa untuk merumuskan pertanyaan dengan bahasa yang jelas dan sederhana. Kadang orang terjebak pakai istilah yang terlalu rumit sehingga malah membingungkan diri sendiri. Padahal, pertanyaan penelitian sebaiknya bisa dipahami oleh siapa saja, bahkan oleh orang di luar bidangmu. Dengan bahasa yang lugas, kamu sendiri juga akan lebih mudah menjawabnya nanti.

    Proses membuat pertanyaan penelitian sebenarnya mirip kayak ngobrol dengan diri sendiri. Kamu bertanya, lalu kamu cek apakah pertanyaan itu masuk akal, bisa dijawab, cukup fokus, dan punya manfaat. Kalau jawabannya iya, berarti kamu sudah di jalur yang benar. Kalau masih ragu, coba diskusikan dengan dosen pembimbing, teman, atau siapa pun yang bisa memberi perspektif baru. Kadang, satu masukan kecil bisa bikin pertanyaanmu jauh lebih tajam.

    Jadi, intinya, cara membuat pertanyaan penelitian yang tepat adalah dengan berangkat dari rasa penasaran, mempersempit fokus, memastikan bisa dijawab dengan metode yang ada, memberikan nilai ilmiah, dan ditulis dengan bahasa yang jelas. Pertanyaan yang tepat akan membuat proses penelitian lebih terarah, lebih menyenangkan, dan tentu saja hasilnya lebih bermanfaat.

    Artikel Terkini

    spot_img

    Artikel Terkait

    Leave a reply

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    spot_img