More

    Bagaimana Menggunakan Kutipan dengan Tepat

    Bagi mahasiswa maupun dosen, kutipan sudah jadi “teman akrab” setiap kali menulis karya ilmiah. Mulai dari makalah sederhana, skripsi, sampai artikel jurnal, kutipan selalu muncul di hampir setiap halaman. Tapi, banyak orang masih salah kaprah soal cara menggunakannya. Ada yang terlalu banyak mengutip sampai tulisannya jadi tumpukan kata orang lain, ada juga yang jarang sekali mengutip sehingga tulisannya terkesan tidak punya dasar kuat. Padahal, kutipan itu ibarat bumbu: kalau pas, tulisan jadi lezat; kalau kebanyakan atau kurang, rasanya aneh.

    Pertama, kita perlu paham dulu apa fungsi kutipan. Kutipan bukan sekadar formalitas agar tulisan terlihat akademis. Lebih dari itu, kutipan berfungsi sebagai landasan argumen. Dengan menyertakan kutipan, kita menunjukkan bahwa ide yang kita sampaikan punya dukungan dari penelitian atau ahli sebelumnya. Jadi, tulisan kita tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari percakapan besar dalam dunia ilmu pengetahuan.

    Sekarang, bagaimana cara menggunakan kutipan dengan tepat? Salah satunya adalah tahu kapan harus mengutip langsung dan kapan harus parafrase. Kutipan langsung biasanya dipakai kalau kalimat asli punya kekuatan khusus, misalnya definisi penting atau pernyataan terkenal yang kalau diubah malah kehilangan makna. Misalnya: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” (Mandela, 1994). Kalimat ini lebih baik ditulis apa adanya karena ada nilai historis dan emosional di dalamnya.

    Tapi, kalau hanya ingin menyampaikan ide, sebaiknya gunakan parafrase. Misalnya, daripada menyalin persis kalimat dari artikel tentang “media sosial berdampak pada produktivitas,” kamu bisa menuliskannya dengan bahasamu sendiri: “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berhubungan dengan penurunan produktivitas mahasiswa.” Dengan begitu, tulisanmu tetap punya dasar, tapi tidak terlihat seperti tempelan.

    Baca juga!  Optimalkan AI untuk Riset dan Pengumpulan Referensi

    Hal penting lainnya adalah jangan sampai kutipan mendominasi. Kadang ada mahasiswa yang merasa semakin banyak kutipan berarti semakin ilmiah. Padahal, tulisan ilmiah seharusnya menunjukkan analisis penulis, bukan hanya kumpulan pendapat orang lain. Idealnya, kutipan menjadi penopang, bukan isi utama. Jadi, setelah menuliskan kutipan, selalu lanjutkan dengan analisis atau pendapatmu sendiri. Misalnya, setelah menulis, “Menurut Smith (2020), teknologi digital meningkatkan akses informasi,” kamu bisa menambahkan, “Hal ini sejalan dengan kondisi mahasiswa saat ini yang lebih mudah mencari referensi melalui platform daring.”

    Selain itu, pastikan selalu mencantumkan sumber dengan benar. Sering kali, orang mengutip tapi lupa menulis rujukan. Ini berbahaya, karena bisa dianggap plagiarisme. Setiap gaya penulisan, entah itu APA, MLA, atau Chicago, punya aturan sendiri. Jangan malas untuk mempelajarinya. Kalau bingung, manfaatkan aplikasi manajemen referensi seperti Zotero atau Mendeley. Tinggal klik, daftar pustaka akan otomatis tersusun sesuai gaya yang dipilih.

    Kutipan juga sebaiknya relevan dengan topik. Jangan asal tempel kutipan hanya karena terlihat keren. Kalau menulis tentang pendidikan, kutipan tentang kesehatan mungkin tidak nyambung. Pilih kutipan yang benar-benar mendukung argumen yang sedang kamu bangun. Ingat, kutipan itu bukan hiasan, tapi penguat.

    Terakhir, jangan lupa soal proporsi. Satu paragraf penuh kutipan tanpa analisis akan terasa kering. Sebaliknya, paragraf yang seluruhnya opini tanpa kutipan akan terasa lemah. Kombinasikan keduanya. Bayangkan kutipan sebagai pondasi, lalu isi dengan bangunan ide yang kamu buat sendiri. Dengan begitu, tulisanmu akan terlihat kokoh dan orisinal.

    Intinya, menggunakan kutipan dengan tepat berarti tahu fungsi, tahu kapan harus mengutip langsung atau parafrase, memastikan sumber ditulis dengan benar, dan tidak membiarkan kutipan menguasai tulisan. Kalau bisa menjaga keseimbangan ini, tulisan ilmiahmu akan lebih kuat, kredibel, dan tetap mencerminkan kemampuan berpikirmu sendiri.

    Artikel Terkini

    spot_img

    Artikel Terkait

    Leave a reply

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    spot_img