Kalau kamu mahasiswa atau dosen, pasti sering mendengar istilah buku ajar dan modul kuliah. Sekilas kedengarannya mirip, sama-sama bahan tertulis yang dipakai buat belajar. Tapi sebenarnya, keduanya punya perbedaan yang cukup penting, baik dari segi tujuan, isi, maupun cara penyusunannya. Banyak orang masih suka menyamakan keduanya, padahal memahami perbedaannya bisa membantu kita lebih efektif menggunakan dan menyusunnya.
Mari kita mulai dari buku ajar. Buku ajar biasanya ditulis dosen atau pakar di bidang tertentu dengan tujuan untuk memfasilitasi proses belajar mahasiswa di satu mata kuliah. Buku ajar isinya lebih komprehensif, runtut, dan sistematis. Ia tidak hanya menjelaskan teori, tapi juga sering dilengkapi dengan contoh, ilustrasi, latihan soal, bahkan studi kasus. Dengan kata lain, buku ajar itu seperti “teman belajar resmi” yang menuntun mahasiswa dari bab ke bab. Kalau dibaca dengan baik, mahasiswa bisa memahami materi mata kuliah tanpa harus bergantung penuh pada penjelasan dosen di kelas.
Nah, bagaimana dengan modul kuliah? Modul kuliah biasanya lebih ringkas dan fokus pada satu atau beberapa topik tertentu. Modul disusun untuk mendukung pembelajaran jangka pendek atau per sesi. Misalnya, dalam satu semester ada 14 pertemuan, dosen bisa membuat 14 modul berbeda sesuai topik tiap pertemuan. Modul berfungsi sebagai panduan praktis yang membantu mahasiswa belajar mandiri dengan lebih cepat. Jadi, kalau buku ajar itu seperti “buku pegangan utama,” modul kuliah lebih seperti “lembar kerja” atau “peta kecil” yang membantu mahasiswa menavigasi satu bagian perjalanan.
Perbedaan lain terlihat dari gaya penulisan. Buku ajar biasanya lebih formal, penuh penjelasan, dan detail. Karena itu, proses menulis buku ajar juga lebih panjang, kadang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Sementara modul kuliah biasanya lebih sederhana, langsung ke poin penting, dan sering disusun untuk kebutuhan praktis. Misalnya, dosen ingin membahas metode penelitian kuantitatif minggu ini, maka modul yang dibagikan hanya berisi ringkasan konsep, langkah-langkah, contoh soal, dan mungkin latihan kecil.
Kalau ditanya, mana yang lebih penting, jawabannya: dua-duanya sama-sama penting, tapi fungsinya berbeda. Buku ajar memberikan landasan pengetahuan yang luas dan mendalam, sedangkan modul kuliah membantu mahasiswa tetap fokus pada pembelajaran per topik. Bisa dibilang, buku ajar memberi “gambaran besar,” sementara modul kuliah membantu “menyelesaikan puzzle bagian per bagian.”
Bagi dosen, menulis buku ajar adalah salah satu bentuk kontribusi akademik. Buku ajar bisa diterbitkan secara resmi dan jadi rujukan bagi banyak mahasiswa, bahkan dosen lain. Modul kuliah lebih fleksibel: bisa diubah, diperbarui, atau disesuaikan dengan kebutuhan kelas tertentu. Jadi, buku ajar itu sifatnya lebih permanen, sementara modul kuliah lebih dinamis.
Dari sisi mahasiswa, memahami perbedaan ini juga penting. Kalau ingin benar-benar memahami keseluruhan materi, buku ajar adalah sumber utama. Tapi kalau butuh ringkasan cepat untuk ujian minggu depan, modul kuliah bisa jadi penyelamat. Idealnya, keduanya digunakan bersamaan: buku ajar untuk memperdalam, modul kuliah untuk mengulang dan memperkuat.
Sering kali, dosen menggunakan kombinasi keduanya dalam mengajar. Buku ajar dipakai sebagai referensi utama, sementara modul kuliah diberikan tiap pertemuan agar mahasiswa punya panduan belajar yang lebih fokus. Dengan begitu, proses belajar jadi lebih terstruktur, tapi tetap fleksibel mengikuti kebutuhan kelas.
Jadi, singkatnya, buku ajar adalah sumber belajar utama yang lengkap, sementara modul kuliah adalah panduan praktis yang lebih singkat dan spesifik. Keduanya bukan pesaing, tapi justru saling melengkapi. Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih bijak dalam menyusun maupun menggunakannya.