Kalau kamu pernah menulis artikel ilmiah, skripsi, atau bahkan sekadar makalah, mungkin kamu sadar bahwa cara menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris terasa berbeda. Sama-sama disebut “bahasa ilmiah,” tapi ternyata ada nuansa yang khas di masing-masing bahasa. Perbedaan ini sering bikin mahasiswa atau dosen agak bingung, apalagi saat harus menerjemahkan karya dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris untuk keperluan publikasi.
Mari kita mulai dari bahasa ilmiah dalam bahasa Indonesia. Secara umum, gaya penulisan ilmiah di Indonesia cenderung formal, baku, dan hati-hati. Pemakaian kata biasanya mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Misalnya, kita dianjurkan memakai kata “menggunakan” daripada “pakai,” atau “memiliki” daripada “punya.” Kalimat yang digunakan biasanya panjang, dengan struktur yang lengkap: subjek, predikat, objek, dan keterangan. Sering kali, penulis mencoba menjaga jarak antara dirinya dan tulisan, sehingga gaya bahasa terasa lebih netral dan formal.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, meskipun tetap formal, gaya penulisan ilmiah biasanya lebih ringkas dan langsung ke inti. Kalimat-kalimat cenderung lebih pendek, dengan struktur yang lebih sederhana. Misalnya, kalau dalam bahasa Indonesia kita bisa menulis, “Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap produktivitas belajar mahasiswa,” dalam bahasa Inggris akan ditulis lebih singkat: “This study aims to examine the impact of social media on students’ learning productivity.” Kalimatnya terasa lebih lugas dan tidak bertele-tele.
Selain itu, bahasa ilmiah dalam bahasa Indonesia sering memakai istilah yang sifatnya abstrak atau bersifat generalisasi. Contohnya: “dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran” atau “dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif.” Sementara dalam bahasa Inggris, penulis biasanya diminta untuk lebih konkret. Alih-alih menulis “to obtain a comprehensive picture,” lebih baik langsung dijelaskan apa yang dimaksud dengan komprehensif dalam konteks penelitian itu. Dengan kata lain, bahasa Inggris cenderung menghindari kata-kata yang terlalu “mengawang.”
Perbedaan lain juga terlihat pada penggunaan kata ganti. Dalam bahasa Indonesia, kita sering menghindari penggunaan kata ganti orang pertama seperti “saya” atau “kami” dalam tulisan ilmiah, karena dianggap kurang formal. Biasanya kalimat dibuat pasif, misalnya: “Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui…” Sementara dalam bahasa Inggris, penggunaan kata ganti orang pertama justru sering diperbolehkan, terutama di artikel ilmiah modern. Menulis “In this study, we investigated…” bukanlah hal yang tabu, bahkan dianggap lebih jelas dan tegas.
Hal kecil lain yang sering bikin bingung adalah soal gaya sitasi dan penyusunan kalimat kutipan. Dalam bahasa Indonesia, kutipan biasanya dipadukan dengan kalimat formal yang cukup panjang. Misalnya, “Menurut pendapat Smith (2020), teknologi informasi memberikan pengaruh signifikan terhadap proses pembelajaran mahasiswa.” Sementara dalam bahasa Inggris, kutipan sering dibuat lebih ringkas: “Smith (2020) stated that information technology significantly influences students’ learning process.” Lagi-lagi, terasa lebih singkat dan langsung.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa menulis ilmiah bukan sekadar soal menerjemahkan kata per kata. Kalau kita hanya menerjemahkan secara literal, hasilnya bisa kaku dan aneh dibaca. Yang lebih penting adalah menyesuaikan gaya bahasa dengan norma yang berlaku di masing-masing bahasa. Jadi, ketika menulis dalam bahasa Indonesia, kita perlu menjaga formalitas dan keutuhan kalimat. Tapi saat menulis dalam bahasa Inggris, kita harus belajar untuk lebih singkat, jelas, dan to the point.
Bagi mahasiswa dan dosen, memahami perbedaan ini sangat penting. Kalau kita terbiasa dengan gaya bahasa Indonesia yang panjang, menulis artikel ilmiah dalam bahasa Inggris bisa terasa menantang. Namun, dengan latihan, kita bisa menyesuaikan diri. Triknya sederhana: baca banyak artikel ilmiah dalam bahasa Inggris, perhatikan gaya penulisannya, lalu bandingkan dengan artikel dalam bahasa Indonesia. Dari situ, lama-lama kita akan terbiasa dan bisa mengatur gaya sesuai target pembaca.
Intinya, perbedaan bahasa ilmiah dalam bahasa Indonesia dan Inggris terletak pada formalitas, panjang kalimat, penggunaan kata ganti, dan kecenderungan untuk ringkas atau detail. Keduanya sama-sama ilmiah, tapi punya “dialek” yang berbeda. Kalau kita bisa memahami dan menyesuaikan diri, karya ilmiah kita tidak hanya sesuai standar, tapi juga lebih mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai latar belakang.