Ketika saya pertama kali terjun ke dunia kepenulisan, di era 80-an yang penuh semangat itu, pertanyaan tentang genre selalu jadi hantu di benak banyak penulis pemula. “Kamu nulis genre apa?” Pertanyaan itu seperti ultimatum. Seolah-olah, kalau kamu belum bisa menjawabnya dengan mantap, kamu belum sah jadi penulis. Padahal, dari pengalaman saya selama puluhan tahun, saya bisa katakan: memilih genre itu penting, tapi juga bukan satu-satunya jalan. Bahkan, kadang, justru lebih baik untuk tidak terlalu terpaku padanya di awal.
Mari kita bahas dulu kenapa genre itu penting. Pertama, genre itu kompas bagi pembaca. Bayangkan kamu masuk toko buku. Kamu pasti punya preferensi, kan? Mungkin kamu suka kisah-kisah cinta yang bikin baper, atau justru petualangan fantasi yang penuh sihir dan naga. Genre membantu pembaca menemukan buku yang sesuai selera mereka. Kalau kamu menulis novel detektif tapi malah dipajang di rak roman, pembaca roman akan kecewa, dan pembaca detektif tidak akan pernah menemukan karyamu. Jadi, menentukan genre itu seperti menempelkan label yang benar pada sebuah produk.
Kedua, genre memberikan kerangka kerja. Setiap genre punya “aturan main” atau konvensi tertentu. Novel horor biasanya punya elemen ketegangan, misteri, dan ketakutan. Novel thriller punya tempo cepat, plot twist, dan taruhan tinggi. Dengan memahami konvensi genre yang kamu pilih, kamu jadi punya panduan untuk membangun cerita, mengembangkan karakter, dan bahkan menentukan gaya bahasa. Ini bukan berarti kamu harus patuh buta pada aturan itu, tapi kamu setidaknya tahu titik awalmu. Seperti musisi yang tahu tangga nada dasar sebelum mulai berimprovisasi.
Ketiga, dan ini krusial untuk karir, genre membantu proses penerbitan dan pemasaran. Penerbit dan agen punya spesialisasi genre. Mereka tahu pasar untuk genre tertentu dan bagaimana cara memasarkannya. Kalau kamu bisa dengan jelas mengatakan, “Ini adalah novel fiksi ilmiah dystopian untuk pembaca muda,” mereka akan lebih mudah menggolongkan dan menjual karyamu. Ini akan mempercepat prosesmu dalam menemukan rumah yang tepat untuk naskahmu.
Lalu, mengapa saya bilang “Atau Jangan!”?
Ini dia poin pentingnya: jangan biarkan genre membatasi kreativitasmu di tahap awal penulisan. Seringkali, penulis pemula terlalu pusing memikirkan genre bahkan sebelum idenya matang. Mereka takut idenya tidak “cukup horor” atau “terlalu banyak romansa untuk fantasi.” Pikiran semacam ini bisa jadi belenggu yang mengerikan.
Pengalaman saya menunjukkan, banyak ide brilian yang lahir dari perpaduan genre, atau bahkan dari ide yang awalnya tidak punya label genre sama sekali. Ambil contoh, novel The Martian karya Andy Weir. Apakah itu fiksi ilmiah murni? Ya, tapi juga ada elemen survival thriller dan komedi. Atau Gone Girl karya Gillian Flynn, itu thriller psikologis yang juga punya elemen misteri dan drama keluarga. Karya-karya hebat ini tidak takut untuk melintasi batas-batas genre.
Jadi, saran saya untuk Anda yang baru memulai:
- Biarkan ide mengalir dulu. Di tahap draf pertama, jangan terlalu pusingkan genre. Tulis saja apa yang ada di kepalamu. Biarkan ceritamu mengambil bentuknya sendiri. Mungkin kamu berpikir sedang menulis fantasi, tapi ternyata di tengah jalan kamu menemukan elemen misteri yang kuat, atau bahkan bumbu romansa yang tak terduga. Biarkan saja.
- Identifikasi genre setelah draf pertama selesai. Setelah kamu punya draf kasar, barulah kamu bisa mundur selangkah dan melihatnya secara objektif. “Oke, setelah semua ini tertulis, kira-kira ini masuk genre apa, ya?” Di sinilah kamu bisa mengidentifikasi elemen-elemen dominan dalam ceritamu. Apakah fokus utamanya pada ketegangan yang memacu adrenalin? Mungkin thriller. Apakah banyak unsur sihir dan makhluk mitos? Bisa jadi fantasi.
- Jangan takut menggabungkan genre. Kalau ceritamu punya elemen dari beberapa genre, itu bagus! Banyak novel best-seller hari ini adalah fiksi genre-bending. Artinya, mereka tidak terpaku pada satu genre saja, melainkan memadukan elemen dari dua atau lebih genre. Misalnya, fantasi-romantis, sci-fi horror, atau bahkan historical mystery. Ini bisa jadi nilai jual yang unik untuk karyamu.
- Baca banyak buku dari berbagai genre. Ini penting sekali. Semakin banyak kamu membaca, semakin kamu memahami konvensi setiap genre, dan juga bagaimana penulis lain “memainkan” aturan tersebut. Kamu akan belajar apa yang berhasil, apa yang tidak, dan bagaimana kamu bisa memberikan sentuhan unik pada genremu.
Intinya, genre itu seperti rambu lalu lintas. Penting untuk diketahui agar tidak salah jalur, tapi bukan berarti kamu tidak boleh berbelok atau bahkan sesekali melewati jalan pintas. Jangan biarkan ketakutan akan salah label membuatmu tidak menulis sama sekali. Fokuslah pada cerita yang ingin kamu sampaikan, karakter yang ingin kamu bangun, dan dunia yang ingin kamu ciptakan. Setelah itu, barulah kita bisa memberinya nama yang tepat.
Jadi, mulailah menulis. Biarkan ceritamu yang menentukan genrenya, bukan genre yang menentukan ceritamu. Selamat berkreasi!